(Gunung Manado Tua 860 mdpl)
“Kebahagiaan
akan lebih nyata jika dibagi”
Christopher
McCandless
Awalnya
Minggu yang menyenangkan setelah
melalui tahap demi tahap bersama teman-teman yang kami cintai, berkumpul
bersama dan berbagi cerita dan pengalaman dari tiap anggota membuat saya kagum
dengan prestasi yang mereka capai hingga saat ini. Setelah perjalanan pertama
ke gunung mahawu kami mempersiapkan diri dalam perjalanan tahap ke-II di Gunung
Manado Tua.
Pagi itu begitu cerah, awan putih
bersama langit biru menyatu bagaikan lukisan yang terindah yang ada di langit,
matahari yang setengah tertutup gumpalan awan putih menghangatkan suhu tubuh
ini, ditambah tiupan angin sepoi-sepoi membuat tubuh dan pikiran menjadi segar.
Yah begitu kira-kira perasaan saat itu.
Tanpa panjang lebar inilah kronologis perjalanan
tahap ke-II, Tepatnya Jumat 21- Minggu 23 Januari 2011 kami melakukan
perjalalan ke Pulau Manado Tua, dengan tujuan pendakian puncak dari Gunung
Manado Tua dan Wawancara dengan beberapa warga disana, peserta ditahap ke-II
diikuti oleh Anggota Muda (Viando Manarisip dan Robin Djambujai) sementara itu
Ardiyanto Talolang, Leonald Topuh dan Indra Langi tidak dapat mengikuti
perjalanan ini karena sibuk. Dalam perjalanan ini kami ditemani mentor kita
Alveno Amir Sani dan Vallent Pesik.
Keberangkatan
“ini merupakan pengalaman yang
menyenangkan buat para pemula seperti kami”
Jumat, 21 Januari 2011 tepatnya pukul 10 Pagi
kami mempersiapkan diri dan perlengkapan di sekretariat Mapala Artsas, setelah
persiapan selesai kami langsung berpamitan dengan senior-senior yang ada serta
mengadakan pelepasan. Pelepasan pun
dibuka dengan doa selanjutnya pengambilan dokumentasi bersama yang saat itu
dihadiri oleh Mner Heintje Pangemanan selaku Dewan Pelindung Organisasi kami.
Sekitar jam 13:00 kami menuju ke
pelabuhan Sindulang dengan menggunakan angkutan dalam kota, saat itu cuaca
begitu panas apalagi kendaraan yang begitu banyak membuat jalanan macet.
Perjalanan yang bisa ditempuh kurang lebih 10-15 menit menjadikan perjalanan
kami hampir 30 menit. Dengan penuh kesabaran kami tiba di pelabuhan, suasana
yang begitu berbeda dari sebelumnya karna
perjalanan sebelumnya kami
melakukan pendakian jalur darat, kali ini untuk melintasi Gunung Manado Tua dari
Teluk Manado kita menyebrang diatas laut Sulawesi. Hehe… ini merupakan
pengalaman yang menyenangkan buat para pemula seperti kami Anggota Muda di
Mapala Artsas.
Mencari dan Menunggu, yah salah satu pekerjaan
yang membosankan, dimana tim kami harus mencari Kapal yang akan berangkat dan
menunggu penumpang kapal lainya hingga terisi penuh dan kapalpun akan
berangkat. Dengan kesabaran yang tinggi kami menunggu hampir satu jam, akhirnya
perahu yang kami tumpangi berangkat menuju ke tempat yang ingin kami tujui
yaitu manado tua. Dalam perjalanan dengan menggunakan kapal yang kami tumpangi
membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam ke Pulau Manado Tua. Yah waktu yang cukup
lama jika hanya duduk berdiam saja, kami menghabiskan waktu dengan bercanda
hingga tak terasa pulau yang kami tujui terasa semakin dekat.
Perencanaan
Dermaga sudah didepan mata,
“Pulau Manado Tua! yah ini yang pertama kalinya saya disini.. kataku”. bergegas
kami mengambil masing-masing barang kami dan kapalpun bersandar di dermaga.
Ketika turun dari kapal suasana waktu itu begitu aneh, saya melihat warga di
Pulau Manado tua melihat tim kami dengan mata tajam dan sapaan yang sedikit
keras. mungkin saja kami bukan penduduk asli manado tua dan menurut saya
mungkin kami masi asing dimata mereka. Kami pun menyapa penduduk setempat
dengan ramah dan mereka menerima kedatangan kami, karena kedatangan kami disini
dalam tujuan pendakian puncak Manado Tua dan sore itu kami merencanakan
menginap di tepi pantai, namun sebelumnya kita menujui desa Pangalingan untuk
bertemu dengan Ibu Pala di desa itu sekaligus meminta ijin untuk melakukan
pendakian di besok hari.
Menuju rumah Ibu Pala di desa Pangalingan,
memaksa kami jalan kaki ke desa itu, 15-20 menit waktu yang kami tempuh ke desa
itu,. Sesampainya di rumah Ibu Pala kami disambut baik dengan secangkir teh
hangat dan makanan kecil. Bukan hanya itu juga, rencananya kami akan membuka
tenda di tepi pantai dan melakukan pendakian dihari esok namun ibu pala
menyarankan kami untuk menginap saja dirumahnya karena berbahaya untuk orang
asing atau orang yang diluar pulau untuk bermalam diluar rumah. Apalagi saat
ini katanya di Pulau Manado Tua lagi ada heboh tentang Isu “Hoga” (Setan) yang
menculik bayi sampai anak berumur 5 tahun untuk diambil organ tubuhnya. Yah
saat itu saya langsung teringat kejadian saat kami tiba di dermaga orang-orang
memandang kami dengan tatapan serius, dan mungkin saja mereka pikir kami adalah
Hoga. Hahahaha….
Disore
menjelang malam itu kami pun berbagi cerita dengan ibu pala tantang keadaan yag
terjadi saat ini. Memang awalnya ada beberapa warga disini yang masih percaya
dengan mistis. Apalagi kata orang-orang kalau orang luar mau ke Gunung Manado
Tua tidak boleh ada atribut merah karena bertentangan. Percaya dan tidak mau
percaya kami harus menghargai adat setempat.
Istirahat
Pukul 8 malam, waktunya kami
mempersiapkan makan malam, karena kami membawa Logistik yang cukup banyak maka
kami menyiapkan makan malam yang special sekaligus mengisi tenaga untuk
perjalanan besok.
Suara ombak menghantam batu dan
bunyi burung burung dan serangga hutan memanjakan telinga kami. Tak terasa kala
itu perbincangan kami begitu lama, Jam dinding pun seakan berbicara dan mau
mengatakan ini saatnya kita istirahat. Karena besok pukul 5 pagi kita sudah
harus bangun dan mempersiapkan diri untuk melakukan pendakian.
Penghantar tidur malam itu begitu
asyik. Walaupun dalam rumah namun suasana tepi pantai terasa dekat. Bunyi ombak
dan nyanyian alam mengantar kami lelap hingga ayam kokok membangunkan kami di
pagi hari yang cerah itu.
START
Sabtu,22 January 2011 Teh hangat
dan kue sudah disiapkan tuan rumah, wah ternyata terasa ungkapan dimana saat
itu tamu adalah raja, itu sungguh pelayanan yang kami hargai. Kami pun terasa
dekat dengan penduduk setempat yang awalnya memang begitu baik.
Waktu menunjukan hampir pukul 7
pagi. Namun sebelumnya kami juga menyiapkan sarapan pagi untuk mengisi tenaga
setelah itu, Kami bergegas menyiapkan peralatan seadanya yang akan kami bawah
ke puncak, saat itu kami tidak perlu membawa peralatan banyak, karena
rencananya kami tidak akan bermalam di puncak namun segera turun lagi ke rumah
Ibu Pala setelah pengambilan dokumentasi di puncak Manado Tua. Barang yag kami
bawah saat itu hanyalah Beberapa botol air minum mineral dan Panji ARTSAS bersama
Bendera Merah-Putih untuk dikibarkan nantinya dipuncak dan Kamera Pocket untuk
pengambilan dokumentasi nantinya di perjalanan. Sebelum kami memulai perjalanan
ke puncak kami mengawali perjalanan kami dengan doa dan setelah itu berpamitan
dengan tuan rumah.
Gunung Manado Tua dengan ketinggian
860 Mdpl (meter dari permukaan laut), karna ini adalah bagian dari pulau Manado
Tua maka titik start pendakian dihitung dari titik 0. Medannya yang sedikit
curam dengan tekstur tanah becek membuat langkah demi langkah begitu sulit.
Namun dalam perjalanan ke puncak untuk waktu pemula bisa saja ditempuh dalam
waktu 3-5 jam. Dalam perjalanan kami, kami mendapati beberapa kesulitan yang
kami temui di jalan.
Awalnya rombongan kami yang sudah
pernah ke puncak Manado Tua adalah mentor kita Amir Sani, sisanya kami bertiga
adalah yang pertama kalinya untuk perjalaan ini. kami memulai perjalanan dengan
langkah yang santai. Yang paling saya ingat adalah jalur Paving Block yang
tanjakannya begitu curam dan melewati perkebunan warga. Ketika melewati area
perkebunan warga kami dihadati dengan 2 jalur jalan, kata amir sebelumnya
ketika dia mendaki tahun lalu dia tidak pernah melihat 2 jalur ini. Yah mungkin
saja ada beberapa perubahan jalur pendakian dan jalur untuk menuju kebun warga.
Kami pun berdiskusi dan men-survey jalan untuk memutuskan jalur kiri atau kanan
yang akan kami lalui. Akhirnya kami memutuskan jalur kiri untuk ke puncak.
On The Way
Dalam perjalanan sekiranya 3 km
kami berjalan menuju puncak kami kehilangan jalan alias jalan buntu. Ternyata
pada dasarnya jalan yang kami pilih sebelumnya salah, seharusnya kita ke kanan
bukannya ke kiri. Sedikit putus asa ada dalam raut wajah kami namun kami harus
mencari jalan untuk menuju puncak, tak ada waktu untuk turun kembali mencari
jalan utamanya. Bermodalkan Navigasi darat kami menguji tehknik yang sudah kami
pelajari, walaupun tanpa kompas kami mencari arah Utara dengan berpatokan pulau
Bunaken, dan berjalan ke terus ke atas sambil mencari jejak kaki pendaki yang
arahnya menuju ke puncak.
Dengan kondisi terpisah dari jalur
pendakian kami tetap santai dan berpikir positif bahwa kami bisa melalui tahap
ini. Kami berjalan terus ke atas menuju puncak dan dari bawah terlihat awan dan
langit yang cerah, dengan bahagia kami bersorak dan semangat melangkah ke
depan, nah itu mungkin puncak Manado Tua. Tapi ternyata tidak, melainkan tanah
di daerah itu rata dan kembali mendaki ke atas. Karena kelelahan dalam mencari
jalan keluar Ego dan rasa percaya diri kala itu hampir menyatukan mental kami.
Namun mentor kita Amir tetap optimis untuk melajutkan mencari jalan keluar.
Pada dasarnya informasi yang saya dapati untuk mendaki Gunung Manado Tua paling
kurang 2,5 jam sudah sampai di puncak tapi perjalanan kami hampir memakan waktu
5 jam, tambah lagi kita hanya terbolak-balik di lokasi yang sama. Apa mungkin
kita tersesat atau mistisnya diculik penunggu gunung ini? ataukah hanya
halusinasi yang timbul karena kelelahan saat perjalanan? Pemikiran yang muncul
dari kepala saya.
Suasana saat itu berubah menjadi aneh, cuaca
yang tiba-tiba mendung namun tak berangin dan nyanyian hewan alam yang
tiba-tiba berhenti bernyanyi membuat suasana kita semakin tragis. kejadian ini
sekali lagi mengingatkan saya dengan sosok mentor kami Amir Sani yang begitu
penuh tanggung jawab sebagai pemimpin kelompok dalam perjalanan kita, dia
begitu semangat untuk mencari jalan ke puncak. Katanya: “jika menyerah kita
gagal” Kata itu membuat kami semangat dan menambah rasa percaya diri kami.
Zenith
Keberanian dalam mengambil keputusan
menjadi jawaban dalam hasil akhir perjalanan. Dengan rasa percaya diri yang
kuat kami menemukan jalur utama pendakian ke puncak Manado Tua. Dalam jalur
pendakian terlihat jalannya yang bagus dan terbuka dibandingka dengan jalan
yang kami lalui tadi yang harus menerobos pohon kecil yang lebat.
Suasana mendekati puncak-pun
berubah, Akhirnya tanpa disadari kamipun tiba di puncak, tepatnya sekitar jam
12:30. Waktu yang cukup lama pendakian manado tua. Setiba di puncak kami
beristirahat dan makan sedikit cemilan yang kami bawah dari kampung. ketika
beristirahat ada satu kejadian yang tidak bisa saya lupakan, dimana tiba-tiba
mentor kami Amir Sani mengalami rasa sakit yang begitu kuat dibagian leher
belakangnya hingga ke punggung. Kami begitu panik melihat dia menangis sambil
menahan sakit yang tiba-tiba dia rasakan. Saat itu tak ada pendaki lain yang
ada di puncak melainkan hanya kami ber-empat. Ketika kejadian itu saya melihat
ekspresi wajahnya dengan tingkah lakunya yang berbeda dari sebelumnya, dimana dia
menagis dan berkata maaf pada penunggu setempat. Tak tau pasti apa kesalahan
kami saat itu. Namun sambil menahan rasa sakit dia pun berdoa dan kami
sama-sama berdoa dalam hati agar kedatangan kami disini hingga pulang nanti
akan baik-baik saja.
Setelah Amir merasa baikan kami
menyuruhnya untuk tetap beristirahat sejenak. Dan kami pun segera melupakan
kejadian yang baru saja terjadi dan tetap berpikir positif. Dengan mencari
kesibukan di puncak saya mengelilingi daerah sekitar, disana terlihat lubang yang
begitu dalam disampingnya ada sebuah Tugu Tringgulasi dan beberapa Pohon Matoa.
Tapi sayangnya pemandangan diatas puncak kurang menarik, karena tertutup dengan
pepohonan besar dan lebat. Setelah mengamati lokasi sekitar, kami meluangkan
waktu untuk pengambilan dokumentasi.
Down
Setelah pengambilan gambar selesai, kami pun
bergegas turun kembali ke penginapan, dengan melalui jalur utama pendakian kami
tiba dalam waktu yang singkat. Dalam perjalanan turun begitu banyak obrolan
canda dan tawa yang menemani kami dalan perjalanan turun. Setelah hampir
mendekati rumah warga saat itu masih ada juga masyarakat yang memandang kami
dengan tatapan serius dan menjauhkan anak-anak mereka dari kami, kami pun
menyapa mereka dan berkata bahwa kami baru saja melakukan pendakian Gunung
Maado Tua dan segera kembali ke rumah Ibu Pala di desa Pangalingan. Merekapun
dengan ramah menerima kami.
Setibah kami di rumah penginapan,
dengan kebetulan saya bertemu dengan salah satu warga yang juga seorang guru di
salah satu sekolah dasar di desa itu. Wawancara pun di mulai dengan beberapa
pertanyaan yang saya berikan. Akhirnya dengan wawancara itu kami anggota muda
mendapatkan setidaknya informasi tentang Karakteristik Gunung Manado Tua serta
Flora dan Faunanya juga sedikit budaya yang ada di pulau ini. Bapak itu juga
menceritakan bahwa lubang yang ada puncak gunung merupakan bekas galian warga Manado
Tua, karena konon katanya dahulu kala di puncak Manado Tua tersimpan harta
karun dari masa penjajahan belanda. Dengan berita yang beredar maka
masyarakatpun bergegas ke puncak dan bersama-sama menggali lubang tersebut
hingga dalam tak ada juga tanda-tanda harta karun yang terkubur itu.
Dari perbincangan dengan masyarakat
desa bahwa ada juga kisah tentang seorang bapak tua yang mendaki gunung manado
tua, setelah 2 hari lamanya tak ada kabar dari bapak tua itu, dan dia
dinyatakan hilang dalam perjalanan turun. Masyarakatpun membantu mencari bapak
tua yang hilang itu, namun apa jadinya. Bapak tua yang hilang di pulau manado
tua akhirnya ditemukan oleh warga desa Airmadidi di bawah kaki Gunung
Klabat-Minahasa Utara. Sungguh cerita mistis yang ada di pulau ini membuat bulu
tangan berdiri.
Malam Terakhir
Sebelum matahari malas untuk
pulang, kami tidak mau melewatkan satu moment ini… yah Mandi Pantai di sore
hari. Bermain dengan air dan dimanjakan dengan tontonan terumbu-karang,
merupakan waktu yang tidak bisa kita lewatkan. Namun tak butuh waktu lama untuk
bersenang-senag, karena cuaca yang indah tiba-tiba menjadi gelap. Hujan pun
turun dan memaksa kami cepat naik ke daratan dan menganti pakaian untuk pesta
malam terakhir.
Matahari pun tenggelam dalam
lautan, langit yang biru tiba-tiba menjadi hitam. Dengan waktu yang singkat
kami menyiapkan makan malam spesial malam terakhir. Setelah makan malam selesai,
kami dalam tim expedisi manado tua merayakan malam ditepi pantai dengan suasana
sedikit remang-remang dengan tema pecinta alam. Saat itu saya melihat di raut
wajah mereka yang memancarkan kebahagiaan serta merencanakan kebahagiaan yang
abadi. Di atas pasir putih itu, istana putihpun berdiri dengan kokoh, namun apa
daya dalam beberapa menit hancur diterpa ombak. Aku melihat dimana
kebahagiaannya terhapuskan oleh air garam yang sombong namun penyayang. Dengan
penuh keceriaan kenangan ini hanya menjadi selembar gambar diatas kertas yang
tersusun rapi di dalam albumnya. Gambar demi gambar menceritakan tahap
perjalanan yang saat itu kami lalui.
Malam itu juga waktu pun memaksa kami untuk
bertukar cerita dengan anak dari Ibu Pala. Dalam perbincangan dia menawarkan
untuk besok pagi ada kapal yang bisa kami tumpangi gratis menuju pelabuhan
Manado dan kami pun tak mau melewatkan kesempatan emas ini . waktu membuat
menjadika kita akrab dengan orang-orag yang dekat dengan kami. Tak terasa sudah
larut malam, waktunya untuk memulihkan tenaga yang sudah terbuang seharian
tadi.
Minggu, 23 Januari 2011 dimana
cuaca yang baik untuk berpergian. Yah kurang lebih pagi itu cuaca mendukung
dalam perjalanan pulang kami, namun tidak dengan ombak pagi waktu itu yang
lumayan tinggi membuat kami takut untuk pulang. Namun apa jadinya! Mau tidak
mau harus tetap pulang dengan tumpagan gratis. Kami berpamitan pada keluarga
yang kami tumpangi dan masyarakat yang ada di sekitar. Oh ya pagi itu begitu
baik pelayanan yang mereka berikan pada kami. Hanya ungkapan terima kasih yang
bisa kami berikan. Sungguh perjalanan di manado tua sangat menyenangkan.
Perjalanan tahap ke-II ini pun berjalan dengan
baik. Dalam perjalanan ini kami Anggota Muda mengucapkan banyak terima kasih
kepada Mentor kami Alveno (Amir) Sani dan Sdri. Valent Pesik yang telah
menemani kami dalam perjalanan ini.
Data Untuk Pulau
Manado Tua.
- Pulau ini terdiri atas hutan hujan
tropis yang temasuk di dalamnya 20% hutan lindung dan sisanya perkebunan rakyat
setempat.
- Memiliki 2 kelurahan yakni Manado
Tua 1 dan Manado Tua 2 dan termasuk dalam Kec. Bunaken.
- Perairannya termasuk salah 1 area
Diving.
- Mata pencarian penduduk Manado Tua
yaitu bertani dan nelayan.
- Penduduk Asli Manado Tua berasal
dari Kep. Sangie Talaud dan Agama 100% Kristen, serta masyarakat
Manado Tua
adalah penduduk yang paling ramah di Kep. Bunaken.
Flora Dan Fauna
- Pulau ini dikelilingi dengan pohon
Kelapa, serta perkebunan masyarakat antara lain Ubi, Pisang, dll. Setelah
perkebunan kita akan memasuki hutan hujan tropis. Disana terdapat tumbuhan
seperti Jati, Ilalang, Pandang Hutan, Durian Hutan, dan yang lebih menarik di
puncak terdapat Pohon Matoa yang ditanam oleh penduduk setempat.
- Untuk
data fauna yang kami terima, di pulau ini tedapat Kus-Kus, Kelabang (Kaki
Seribu), Ular, Kadal, Monyet, dan Gagak.
No comments:
Post a Comment